Apa yang dimaksud Pasar Jenuh Beli dan Jenuh Jual?

Adam Lienhard
Adam
Lienhard
Apa yang dimaksud Pasar Jenuh Beli dan Jenuh Jual?

Kondisi jenuh beli dan jenuh jual di pasar merupakan istilah yang digunakan dalam analisis teknis. Istilah-istilah ini mendeskripsikan situasi ketika harga suatu aset trading mungkin telah menyimpang secara signifikan dari nilai wajar yang dirasakan dan berpotensi mengalami pembalikan atau koreksi.

Kapan saatnya jenuh beli, dan kapan saatnya jenuh jual?

Suatu aset dianggap sedang jenuh beli ketika harganya meningkat secara tajam dan dalam waktu yang singkat. Hal ini berpotensi mengindikasikan bahwa tekanan beli telah menjadi berlebihan. Aset tersebut mungkin akan mengalami kemunduran atau periode konsolidasi.

Sebaliknya, suatu aset dianggap jenuh jual ketika harganya menurun tajam dan terjadi dalam waktu yang singkat. Pergerakan semacam ini berpotensi mengindikasikan bahwa tekanan jual telah menjadi berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa aset tersebut mungkin akan mengalami rebound atau periode konsolidasi.

Bagaimana cara mengidentifikasi keadaan pasar seperti ini?

Untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli dan jenuh jual, kita seing menggunakan indikator-indikator teknis. Satu indikator yang umum digunakan adalah Relative Strength Index (RSI). RSI merupakan sebuah osilator momentum yang mengukur kecepatan dan perubahan pergerakan harga. Kisarannya dari 0 hingga 100. Angka yang di atas 70 mengindikasikan kondisi jenuh beli, dan angka di bawah 30 mengindikasikan kondisi jenuh jual.

Sebagai contoh:

Mari kita pertimbangkan perdagangan emas. Misalkan harga emas terus meningkat selama periode waktu tertentu dan sekarang mencapai titik tertinggi yang baru. Jika RSI pada emas mencapai 80 atau diatasnya, hal ini menunjukkan bahwa emas mungkin saja mengalami jenuh beli dan tekanan beli mungkintelah menjadi berlebihan. Ini bisa mengindikasikan potensi pembalikan atai periode konsolidasi ketika harga emas bisa bergerak turun atau menyamping.

Sebaliknya, jika harga emas telah mengalami penurunan dan menyentuh level terendah yang baru, dan RSI-nya turun ke 20 atai dibawahnya, hal ini menunjukkan bahwa emas mungkin sedang mengalami jenuh jual dan tekanan jual mungkin telah menjadi berlebihan. Hal ini bisa mengindikasikan potensi rebound atau periode konsolidasi ketika harga emas bisa jadi naik atau bergerak menyamping.

Indikator lain uang bisa dimanfaatkan

Selain Relative Strength Index (RSI), ada beberapa indikator teknis lain yang bisa Anda gunakan untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual. Berikut beberapa indikator yang seiring digunakan:

Stochastic Oscillator membandingkan harga penutupan suatu aset dengan jangkauan harganya dalam periode tertentu. Indikator ini menyajikan angka antara 0 dan 100: Nilai di atas 80 mengindikasikan kondisi jenuh beli, dan nilai di bawah 20 mengindikasikan kondisi jenuh jual.

Commodity Channel Index (CCI) digunakan untuk mengidentifikasi tren siklus harga aset. Indikator ini mengukur penyimpangan harga saat ini dengan harga rata-rata dalam periode tertentu. Angka di atas +100 menunjukkan kondisi jenuh beli, sedangkan angka di bawah -100 menunjukkan kondisi jenuh jual.

Moving Average Convergence Divergence (MACD) merupakan indikator momentum yang mengikuti tren adalah yang terdiri dari dua garis dan histogram. Para trader sering mencari divergensi antara garis MACD dan grafik harga untuk mengidentifikasi potensi kondisi jenuh beli atau jenuh jual.

Bollinger Bands merupakan indikator volatilitas yang terdiri dari suatu garis moving average dan garis atas/bawah yang mewakili deviasi standar dari moving average. Ketika harga bergerak di dekat garis atas, hal ini mengindikasikan kondisi jenuh beli, sedangkan harga di dekat garis bawah bisa menunjukkan kondisi jenuh jual.

Williams %R merupakan osilator momentum yang mengukur tingkat harga penutupan relatif terhadap kisaran tinggi-rendah selama periode tertentu. Angka di atas -20 menunjukkan kondisi jenuh beli, sedangkan angka di atas -80 menunjukkan kondisi jenuh jual.

Bagaimana cara menemukan kondisi jenuh beli dan jenuh jual?

Untuk menemukan kondisi jenuh beli dan jenuh jual, para trader sering menggunakan indikator teknis yang memberikan sinyal berdasarkan pergerakan harga dan faktor-faktor lainnya. Berikut pendekatan umum untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli dan jenuh jual:

  1. Pilih satu indikator teknis.
  1. Menganalisis angka-angka indikator tersebut. Terapkan indikator yang telah dipilih ke chart harga aset yang sedang Anda perdagangkan. Pantau angka-angka indikator tersebut setiap saat, berfokus pada tingkat jenuh beli dan jenuh jual tertentu seperti yang telah ditetapkan olaj indikator tersebut.
  1. Mencari konfirmasi. Pertimbangkan faktor-faktor lain untuk mengonfirmasi kondisi jenuh belu atau jenuh jual yang telah diidentifikasi oleh indikator tersebut. Faktor-faktor ini bisa termasuk menganalisis tren harga, pola volume, level support/resistance, atau alat-alat analisis teknis lainnya. Tujuannya adalah mencari beberapa sinyal yang sesuai dan sejalan menyelaraskan dan memperkuat kemungkinan skenario jenuh beli atau jenuh jual.
  1. Berhati-hatilah dan pertimbangkan faktor lainnya. Meskipun kondisi jenuh beli dan jenuh jual dapat memberikan wawasan yang berharga, penting untuk diingat bahwa pasar dapat tetap berada dalam kondisi ini untuk waktu yang lama. Harga dapat terus naik atau turun meskipun dalam kondisi jenuh beli atau jenuh jual.
  1. Berlatih dan perbaiki. Seperti halnya strategi trading apa pun, latih dan uji ulang pendekatan Anda menggunakan data historis untuk menilai keefektifannya.

Indikator teknis hanyalah alat. Penting untuk menafsirkan sinyalnya dalam konteks pasar yang lebih luas. Kombinasikan analisis teknikal dengan analisis fundamental dan terus ikuti berita dan peristiwa yang relevan untuk mengambil keputusan trading yang tepat.

Ikuti kami di Telegram, Instagram, dan Facebook untuk mendapatkan kabar terbaru dari Headway secara instan.