EURUSD: Prediksi 2025 untuk Pasangan Mata Uang Paling Likuid

d.molina
Dmitrij
Molina
EURUSD: Prediksi 2025 untuk Pasangan Mata Uang Paling Likuid

Memprediksi dinamika EURUSD pada tahun 2025 adalah sebuah tantangan sekaligus peluang. Dengan Forex yang merupakan salah satu pasar paling likuid dan bergejolak di dunia, membuat prediksi yang akurat adalah hal yang cukup sulit, akan tetapi tetap bisa mendatangkan profit yang signifikan. Baca artikel ini untuk mengerti faktor-faktor yang memengaruhi EURUSD dan memperoleh wawasan yang lebih dalam mengenai ekosistem finansial secara lebih luas.

Penggerak harga EURUSD secara historis

Pasangan mata uang EURUSD yang juga dikenal sebagai “Fiber” merupakan instrumen yang paling banyak diperdagangkan di pasar Forex global. Pasangan ini menjadi landasan keuangan internasional, melambangkan interaksi ekonomi antara dua ekonomi terbesar di dunia – Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1999, nilai tukar EURUSD telah berfungsi menjadi barometer kesehatan ekonomi, perbedaan kebijakan, dan pergeseran geopolitik. Hal ini terkait erat dengan faktor-faktor utama seperti keputusan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dan Federal Reserve (Fed), data statistik ekonomi makro secara lebih luas, dan sentimen risiko global.

Faktor-faktor yang memengaruhi dinamika “Fiber” mencakup berbagai hal, mulai dari data ekonomi makro hingga pergeseran geopolitik. Yang paling relevan di antaranya adalah perbedaan kebijakan moneter antara AS dan Uni Eropa, sebuah fenomena yang dikenal sebagai “perbedaan suku bunga” (interest rate differential/IRD).

Perbedaan suku bunga

Selama tahun 2003 hingga 2024, bank sentral AS dan Uni Eropa telah mengalami kemiripan yang mencolok dalam kebijakan suku bunga karena tren ekonomi global yang sama. Pada awal tahun 2000-an, suku bunga dijaga agar tetap rendah demi mendorong pertumbuhan, akan tetapi kemudian dinaikkan ketika ekonomi mulai mengalami kondisi overheating hingga terjadinya krisis keuangan tahun 2008. Bencana keuangan ini memicu penurunan suku bunga yang cepat hingga nyaris mendekati nol, yang kemudian dipertahankan untuk jangka waktu yang lama guna mendorong pemulihan ekonomi.

Pada tahun 2020, terjadi penurunan suku bunga yang lebih jauh lagi, mencapai rekor terendah, yang ditujukan untuk melindungi perekonomian dari penghentian industri yang disebabkan oleh pandemi. Namun, melonjaknya inflasi di sepanjang tahun 2022 memaksa adanya pembalikan kebijakan yang tajam, yaitu dengan kenaikan suku bunga secara signifikan oleh Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa untuk melawan kenaikan harga.

Dinamika FFR vs ECB FIR tahun 2003–Sep 2024. Sumber: Statista

Pada akhir 2023 dan awal 2024, inflasi mulai stabil dan memicu pergeseran kebijakan moneter. ECB lebih dulu mulai memangkas suku bunga dan diikuti oleh The Fed pada September 2024.

Secara umum, ketika Fed funds rate (FFR) lebih tinggi dari fixed interest rate (FIR) ECB, IRD semakin melebar, USD menguat terhadap EUR, dan pasangan mata uang tersebut melemah. Hal ini terjadi pada tahun 2014-2019, ketika The Fed perlahan-lahan menaikkan suku bunga, sedangkan ECB mempertahankan kebijakan suku bunga nol. Alhasil, EUR pun mengalami pukulan telak, merosot 24% dari April 2014 hingga Mei 2015.

Hal yang sebaliknya juga berlaku: Jika FIR ECB lebih tinggi dari FFR, EUR akan cenderung menguat, karena lebih banyak investor yang akan berinvestasi pada aset-aset berdenominasi EUR.

Data ekonomi dan politik

Meskipun suku bunga di AS lebih tinggi, selama tahun 2017 dan bahkan sebelum Krisis Keuangan Global pada tahun 2008, EUR menguat terhadap USD. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang kuat di Eropa masih membayangi input kebijakan moneter. Namun, pasangan mata uang ini telah berada dalam tren turun global sejak 2010, ditandai dengan reli yang tajam meski tidak berlangsung lama. Pada awalnya, Euro cukup terpukul oleh Krisis Utang Negara Zona Euro (2010-2012), dan terus melemah karena Brexit (2016), sehingga memicu ketidakstabilan politik dan reaksi ekonomi. Pada tahun 2017–2018, “Fiber” kembali naik 17,8% karena meredanya kekhawatiran akan meningkatnya populisme anti-Eropa dan pertumbuhan ekonomi yang kembali pulih. Namun, belakangan ini pasangan mata uang ini kembali merosot.

Pada tahun 2020, mata uang ini mengalami reli menyusul terjadinya pandemi COVID dengan harapan akan terjadinya pemulihan ekonomi, tetapi kemudian jatuh lagi ketika pergeseran geopolitik ikut mempengaruhi.

Dengan demikian, jika indikator ekonomi seperti pertumbuhan PDB, inflasi, ketenagakerjaan, kepercayaan konsumen, dan data lainnya membaik, nilai mata uang yang terkait dengan data ekonomi ini akan menguat. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, nilai tukarnya akan terdepresiasi. Ketika ketidakstabilan politik melanda suatu negara, mata uangnya pasti akan kehilangan nilai. Hal yang sebaliknya juga berlaku pada setiap negara berdaulat.

Dinamika harga EURUSD secara historis. 03 Des 2024.

Geopolitik

Dampak paling kuat pada mata uang secara historis disebabkan oleh kerusuhan geopolitik. Selama masa-masa penghindaran risiko yang tinggi, USD umumnya diuntungkan oleh statusnya sebagai cadangan mata uang utama di dunia. Sebaliknya, dalam lingkungan yang cenderung berani mengambil risiko, euro biasanya menguat karena investor akan mencari imbal hasil yang lebih tinggi pada aset-aset Eropa.

Dengan dimulainya konflik Rusia-Ukraina pada Februari 2022, EUR mengalami devaluasi dengan sangat cepat dikarenakan ekonomi Eropa termasuk konsumen energi utama, dan Rusia merupakan salah satu pemasok utama gas alam, yang menyediakan energi murah untuk sektor industri Uni Eropa. Selain itu, ketegangan geopolitik juga memicu penguatan USD, mendorongnya ke level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

Setelah itu, EURUSD kembali bangkit, mengimbangi beberapa kerugian sebelumnya, dan sejak itu telah bergerak dalam saluran konsolidasi besar.

Analisis dinamika EURUSD 2024

Pada tahun 2024, EURUSD diperdagangkan dengan pergerakan harga yang relatif stabil dalam kisaran sempit 1,12000–1,06000, mencerminkan interaksi yang kompleks antara kebijakan moneter, tren ekonomi yang lebih luas, dan faktor geopolitik.

Di awal tahun, euro sempat melemah karena ekspektasi investor sesuai dengan prediksi penurunan suku bunga lebih awal oleh ECB. Kondisi ini terjadi pada bulan Juni ketika ECB menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%.

Sementara itu, the Fed menunda pelonggaran moneternya hingga September, ketika Fed melakukan penurunan suku bunga yang sangat besar dari 5,50% menjadi 5,00%. Perbedaan waktu penyesuaian kebijakan ini mempengaruhi dinamika pasangan ini sepanjang tahun.

Performa EUR semakin dibatasi oleh stagnasi ekonomi zona euro, yang diawali dengan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia pada tahun 2022 dan melarang zona euro untuk mendapatkan bahan bakar murah, sehingga meningkatkan biaya produksi industri. Perlambatan ini terus berlanjut pada tahun 2024 ketika pertumbuhan PDB masih berada di bawah 0,5% per kuartal.

Lemahnya aktivitas bisnis di negara-negara ekonomi maju seperti Jerman dan Perancis memperparah kekhawatiran akan potensi resesi. Sebagai contoh, indeks pembelian manajer (PMI) manufaktur dan jasa HCOB Jerman turun tajam yang menandakan kerentanan ekonomi, terutama di sektor otomotif.

Pada akhir November, sektor otomotif Jerman melanjutkan perjalanannya menuju keterpurukan, dengan perusahaan-perusahaan besar membuat pernyataan bahwa mereka berencana memindahkan produksi ke negara lain dan membukukan penurunan laba yang tajam (contohnya, Audi mencatat penurunan laba sebesar -91%, BMW -84%, Volkswagen -64%, Mercedes-Benz -54% y/y). Selain itu, pengangguran juga terus meningkat di seluruh penjuru negeri, ditambah lagi dengan perusahaan-perusahaan raksasa seperti ThyssenKrupp yang memecat lebih dari 11.000 karyawan dan menutup fasilitas Kreuzal-Eichen (dengan rencana untuk menutup lebih banyak lagi di tahun depan).

Prancis juga menghadapi tantangan yang sama dengan sektor jasanya, yang mengalami peningkatan sementara dari Olimpiade Paris, tetapi kemudian mengalami penurunan tajam setelahnya.

Kendati demikian, inflasi di zona euro mengalami sedikit moderasi, turun dari laju tahunan 2,8% di bulan Januari menjadi 2,3% di bulan November setelah jatuh di bawah ambang batas 2% ECB di bulan September. Hal ini membuka ruang bagi ECB untuk mengadopsi sikap yang lebih akomodatif, yang mendukung kenaikan moderat untuk euro di paruh kedua tahun ini. Namun, pada bulan September, kekhawatiran ekonomi baru di Eropa, ditambah dengan data PMI yang lemah, membuat euro jatuh ke level 1,10000. Selain itu, ECB mengimplementasikan penurunan suku bunga kedua, yang semakin mempengaruhi sentimen investor.

Grafik EURUSD D1, dinamika kisaran 2024 dengan level tertinggi dan terendah tahun ini. 03 Des 2024

Sebaliknya, AS justru mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi, sehingga memperlebar selisih IRD terhadap dolar dan memperkuat daya tariknya, terutama selama periode ketidakstabilan geopolitik. Konflik militer, seperti yang terjadi di Timur Tengah, mendorong permintaan untuk aset-aset safe haven, yang juga mendukung dolar lebih dari euro.

Hantaman besar terakhir pada EUR berasal dari pemilu AS. Karena capres dari Partai Republik, Donald Trump, akan mulai menjabat pada bulan Januari, ia telah menjanjikan kenaikan besar pada tarif yang akan diterapkan selama masa jabatannya, yang akan berdampak pada industri ekspor Uni Eropa yang memang sudah melemah. Di saat yang sama, kebijakannya dianggap sangat pro-inflasi, sehingga kemungkinan besar akan membuat The Fed tidak akan menurunkan suku bunga secepat yang diharapkan, berkontribusi pada ekspansi IRD yang mendukung “Greenback”. Hal ini kemudian mendorong EURUSD jatuh ke level terendah tahunannya, di sekitar 1,03660.

Hal-hal yang akan terjadi pada EURUSD di tahun 2025

Tahun baru akan sangat menarik bagi EURUSD, karena nasib mata uang ini akan dikaitkan dengan perubahan besar pada kebijakan luar negeri dan dalam negeri AS, peristiwa geopolitik, dan dinamika kondisi ekonomi baik di Uni Eropa maupun AS.

Berdasarkan semua analisis di atas, para ahli Headway memprediksi adanya tiga skenario berbeda untuk EURUSD pada tahun 2025.

1. Perang Rusia-Ukraina berakhir, ekonomi Eropa pulih, perang dagang Trump tidak mengganggu perdagangan global

Seperti yang telah dikatakan dalam dua artikel terdahulu dalam seri ini (perkiraan XAUUSD dan XBRUSD di tahun 2025), kami tidak yakin bahwa akhir yang damai dari konflik yang sedang berlangsung adalah skenario yang paling mungkin terjadi.

Bagaimana pun juga, masih ada kemungkinan walaupun kecil bahwa saat Trump menjabat, akan ada upaya untuk mendinginkan eskalasi yang meningkat. Pada kasus ini, semuanya akan bergantung pada kesediaan Uni Eropa dan Rusia untuk memulihkan hubungan bisnis mereka. Jika kedua blok tersebut berhasil merundingkan kesepakatan, itu berarti bahan bakar murah akan kembali mengalir ke Eropa.

Bahan bakar yang murah akan berkontribusi pada pemulihan industri Uni Eropa setelah bertahun-tahun mengalami kondisi ekonomi yang sulit, mendorong pertumbuhan ekonomi dan kebangkitan ekonomi Eropa. Selain itu, kenaikan tarif Trump tidak akan menimbulkan banyak masalah, tetapi kemungkinan akan berkontribusi pada penguatan dolar.

Jika semua hal di atas terjadi, EURUSD berpotensi menguat, bahkan mungkin mencapai level tertinggi di tahun 2024 dan bahkan level sebelum perang. Nilai tukar yang diharapkan pada skenario yang terlalu optimis ini akan berada di antara 1,1200–1,1500

2. Konflik bersenjata mereda, tetapi perang dagang Trump membuat perekonomian Eropa terpuruk. Sebuah pernyataan Hawkish dari The Fed akan semakin memperkuat USD.

Jika Trump masih berhasil memadamkan api peperangan tetapi belum sepenuhnya memadamkannya, tidak akan ada ruang atau niat bagi Uni Eropa untuk menegosiasikan kesepakatan LNG dengan Rusia.

Selain itu, eskalasi perang dagang antara AS dan negara-negara besar yang mengekspor ke AS kemungkinan besar akan membuat USD mengalami apresiasi yang kuat, dan EUR terdevaluasi untuk mengimbangi beberapa kerugian yang disebabkan oleh kenaikan tarif. Reaksi serupa terjadi pada USDCNY pasca Trump mulai memberlakukan pembatasan perdagangan terhadap China pada Januari 2018.

Mempertimbangkan ancaman Trump untuk memberlakukan tarif 100% pada negara-negara BRICS jika mereka tidak menghentikan upaya mereka untuk menciptakan mata uang cadangan baru untuk menggantikan USD, penguatan dolar AS yang cepat di bawah masa jabatannya menjadi sebuah kenyataan yang berbahaya. Perekonomian AS yang lebih kuat ditopang oleh peningkatan dukungan pemerintah terhadap produksi industri lokal dan dipadukan dengan melemahnya perekonomian Eropa akan menjadi faktor bearish yang menentukan bagi “Fiber”.

Saat angka PMI negatif, EURUSD kembali mencapai level terendah tahunannya pada 20 November 2024. Jika tren ini berlanjut di tahun depan, ECB kemungkinan harus segera menurunkan suku bunga ke level mendekati nol lagi, sebagai upaya untuk mendukung sektor manufaktur dan industri yang sedang mengalami kontraksi.

Kondisi ini kemungkinan besar akan terjadi selama the Fed mempertahankan sikap yang lebih hawkish, akibat kebijakan pro-inflasi Trump. Skenario terburuk akan mengakibatkan dolar yang terlalu mahal, mengacaukan kurs valuta asing karena para investor asing kini bisa menganggap aset-aset dolar AS terlalu mahal untuk diinvestasikan.

Dalam skenario ini, nilai EURUSD yang diharapkan akan berkisar antara 1,0000–0,9500.

Resesi di AS menyebabkan Uni Eropa mengalami stagnasi lebih lanjut, perang tidak memungkinkan adanya proses negosiasi

Perekonomian AS menghadapi tantangan struktural yang mendalam. Ketergantungan yang besar pada pinjaman telah mendorong rasio utang terhadap PDB yang melampaui rasio pada masa Perang Dunia II, sehingga memperlihatkan kerentanan. Penciptaan lapangan kerja terhambat pada sektor-sektor utama seperti manufaktur dan jasa profesional, yang menandakan risiko resesi.

Meskipun pelonggaran moneter mulai dilakukan pada bulan September demi mengatasi masalah-masalah pasar tenaga kerja, inflasi tampaknya mulai meningkat. Hal ini mungkin akan semakin memburuk di bawah kepemimpinan Trump, karena politiknya akan mendorong pertumbuhan inflasi. Pada 14 November 2024, Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga lebih lanjut mungkin tidak diperlukan, akan tetapi kenaikan imbal hasil obligasi mencerminkan keraguan pasar dan kekhawatiran akan inflasi yang terus-menerus.

Ditambah lagi dengan kekhawatiran resesi, cadangan kas Berkshire Hathaway sudah mencapai rekor $325 miliar, 28% dari nilai asetnya – tertinggi sejak tahun 1990. Keputusan Warren Buffett untuk memegang likuiditas tersebut menunjukkan persiapan untuk menghadapi peluang besar ataupun penurunan yang akan terjadi.

Jika resesi melanda perekonomian AS, USD dapat terdepresiasi dengan kuat, tetapi EUR juga tidak akan dibiarkan begitu saja. Secara umum, EURUSD bereaksi terhadap penurunan sebesar -15% hingga -20% pada saat ketidakstabilan ekonomi meningkat. Jika skenario suram seperti ini terwujud, EURUSD dapat mengarah ke posisi terendah sepanjang masa 2001–2002, yang menggambarkan kisaran 0,9500–0,8500 sebagai yang paling mungkin terjadi. Namun, rebound tajam akibat kejatuhan ini juga masih mungkin terjadi, karena secara historis setelah kejatuhan yang cepat, “Fiber” berhasil pulih dengan cukup kuat.

Kisaran harga skenario yang berbeda-beda ditampilkan pada grafik EURUSD W1

Kesimpulan: EURUSD di tahun 2025

Berdasarkan analisis dinamika historis dan dinamika di tahun 2024, kemungkinan besar hasil yang akan terjadi pada EURUSD di tahun 2025 adalah tantangan yang terus berlanjut pada Euro karena masalah ekonomi struktural di Uni Eropa dan potensi eskalasi kebijakan perdagangan AS di bawah pemerintahan Trump.

Skenario yang paling mungkin terjadi adalah dolar AS akan tetap menguat karena perbedaan suku bunga yang tinggi dan kebijakan domestik yang kuat dan mendukung industri lokal. Sementara itu, euro kemungkinan akan menghadapi tekanan dari kerentanan struktural, termasuk kesulitan di sektor manufaktur dan keterbatasan kemampuan untuk pulih kembali tanpa perubahan kebijakan yang signifikan atau dukungan eksternal, seperti energi murah. Akibatnya, EURUSD berpotensi bergerak mendekati paritas, diperdagangkan dalam kisaran 1,0000 hingga 0,9500 untuk sebagian besar tahun ini.

Oleh karena itu, para trader dan investor harus bersiap menghadapi volatilitas yang lebih tinggi, dengan fokus utama pada kebijakan suku bunga dan perkembangan makro ekonomi yang akan menentukan arah pergerakan pasangan mata uang ini di tahun 2025.

Ikuti kami di Telegram, Instagram, dan Facebook untuk mendapatkan kabar terbaru dari Headway.